Kisah dan Hikmah Setelah Surah Ad-Dhuha

Setelah Surah Ad-Dhuha turun, membawa kehangatan dan kepastian janji Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, muncul sebuah narasi indah dalam sejarah Islam. Surah Ad-Dhuha, yang dibuka dengan sumpah demi waktu dhuha (pagi menjelang siang) dan malam yang sunyi, adalah penegasan bahwa Allah tidak meninggalkan dan membenci Rasul-Nya. Ayat-ayat ini turun pada saat Nabi Muhammad sedang mengalami masa-masa sulit dan merasa sendu.

Harapan Baru

Ilustrasi: Pemandangan pagi yang membawa harapan setelah kegelapan.

Dampak Turunnya Wahyu Penghiburan

Turunnya Surah Ad-Dhuha bukan sekadar peristiwa biasa dalam kenabian; ia adalah titik balik psikologis dan spiritual bagi Nabi Muhammad SAW. Setelah masa jeda wahyu yang sempat menimbulkan kekhawatiran (sebagaimana ditafsirkan oleh sebagian ulama), wahyu ini datang sebagai pelukan ilahi yang hangat. Hikmah pertama yang bisa kita tarik adalah penguatan keyakinan bahwa Allah selalu hadir, bahkan saat umat-Nya merasa ditinggalkan atau diuji.

Setelah Ad-Dhuha, perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW kembali mendapatkan momentum. Janji Allah SWT yang tertuang dalam ayat-ayat berikutnya—khususnya janji akan "akhirat yang lebih baik daripada permulaan" (Ad-Dhuha: 4)—menjadi sumber kekuatan yang tak terbatas. Ini mengajarkan kepada umat Muslim bahwa kesabaran dalam menghadapi kesulitan duniawi adalah investasi untuk kemuliaan abadi. Kegelapan sesaat tidak akan pernah mengalahkan cahaya kebenaran yang dijanjikan Allah.

Kisah-Kisah yang Mengikuti

Dalam kronologi Islam, periode setelah turunnya ayat-ayat penghiburan ini seringkali dikaitkan dengan peningkatan ketabahan Nabi dalam menghadapi kaum kafir Quraisy. Meskipun perlawanan tetap ada, beliau kini memiliki bekal spiritual yang lebih kokoh. Kisah-kisah selanjutnya menunjukkan bagaimana Nabi mulai mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk hijrah dan membangun komunitas Muslim yang lebih kuat di Madinah.

Salah satu pelajaran penting yang muncul pasca-Ad-Dhuha adalah pentingnya berbagi rezeki dan mengasihi yang lemah. Ayat-ayat selanjutnya dalam surah ini (ayat 9-11) memerintahkan Nabi untuk tidak menindas anak yatim dan tidak menolak peminta. Hal ini menunjukkan bahwa janji kenikmatan dan kemuliaan dari Allah harus dibalas dengan peningkatan kualitas akhlak dan kepedulian sosial. Kedekatan dengan Allah harus tercermin dalam perlakuan kita terhadap sesama manusia, terutama mereka yang membutuhkan uluran tangan.

Mengaplikasikan Semangat Ad-Dhuha dalam Kehidupan Modern

Relevansi Surah Ad-Dhuha tidak berhenti pada konteks sejarah kenabian. Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, kita seringkali mengalami "masa jeda" atau kegagalan yang membuat kita merasa kecil hati. Semangat yang dibawa setelah turunnya surah ini mengajarkan kita untuk:

  1. Mengganti Rasa Khawatir dengan Syukur: Mengingat nikmat masa lalu (kesejahteraan yang pernah dirasakan) untuk menumbuhkan harapan akan masa depan.
  2. Percaya pada Janji Akhirat: Bahwa kesulitan saat ini hanyalah sementara dibandingkan dengan ganjaran di akhirat.
  3. Berbuat Baik Tanpa Pamrih: Membalas rahmat Tuhan dengan memberikan kebaikan kepada lingkungan sekitar, sejalan dengan perintah untuk memuliakan anak yatim dan orang miskin.

Oleh karena itu, setiap kali kita membaca Surah Ad-Dhuha, kita diingatkan bukan hanya akan penghiburan yang pernah diterima Nabi, tetapi juga akan peta jalan untuk menghadapi badai kehidupan. Setelah kegelapan berlalu, fajar (Dhuha) selalu datang membawa cahaya, janji, dan tugas baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Ketenangan yang diperoleh setelah turunnya surah ini menjadi fondasi kokoh bagi perluasan dakwah Islam yang kemudian menjangkau seluruh penjuru dunia.

🏠 Homepage