Representasi skematis formasi lapisan batuan di lingkungan laut.
Batuan marine, atau batuan laut, adalah istilah umum yang merujuk pada batuan yang terbentuk di lingkungan laut atau samudra. Lingkungan ini mencakup segala sesuatu mulai dari zona pasang surut (intertidal), paparan benua (continental shelf), lereng benua (continental slope), hingga dataran abisal yang sangat dalam. Pembentukan batuan marine melibatkan proses geologis yang kompleks, didominasi oleh sedimentasi, aktivitas vulkanik bawah laut, dan modifikasi kimiawi oleh air laut. Studi terhadap batuan ini sangat krusial karena mereka menyimpan catatan sejarah geologi Bumi yang panjang, termasuk evolusi iklim, biologi laut, dan pergerakan lempeng tektonik.
Sebagian besar batuan marine yang kita jumpai saat ini adalah batuan sedimen. Batuan sedimen laut terbentuk dari akumulasi material yang tererosi dari daratan, sisa-sisa organisme laut (biogenik), atau endapan kimia yang mengendap langsung dari air laut.
Ini adalah proses pengendapan fragmen batuan dan mineral yang terbawa oleh sungai atau aktivitas pantai. Ukuran butir sangat menentukan di mana sedimen akan terendapkan. Di dekat pantai, energi gelombang tinggi memungkinkan pengendapan material kasar seperti kerikil dan pasir (membentuk batupasir laut). Seiring menjauh dari pantai menuju kedalaman yang lebih tenang, material yang lebih halus seperti lumpur dan lempung akan mengendap, yang pada akhirnya akan membentuk batuan lanau atau serpih. Kompaksi dan sementasi dari lapisan-lapisan ini selama jutaan tahun menghasilkan batuan sedimen yang solid.
Lingkungan laut adalah rumah bagi organisme dengan cangkang atau kerangka yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) atau silika (SiO2). Ketika organisme ini mati, sisa-sisa mereka tenggelam ke dasar laut. Akumulasi masif sisa-sisa plankton berkapur, seperti foraminifera atau kalsium karbonat dari terumbu karang, dapat membentuk batuan yang kaya akan kalsit, seperti batu gamping (limestone) laut. Sementara itu, sisa-sisa diatom atau radiolaria membentuk batuan silika seperti rijang (chert) atau opal laut.
Pengendapan kimia terjadi ketika mineral mengendap langsung dari larutan air laut, seringkali dipicu oleh perubahan suhu atau tekanan. Contohnya adalah pembentukan garam batuan (evaporit) di laut yang terisolasi dan mengalami penguapan tinggi, atau nodul mangan di dasar laut dalam. Selain itu, aktivitas vulkanik bawah laut (submarine volcanism) menghasilkan lava yang mendingin cepat di air, membentuk lava bantal (pillow lava) yang merupakan bagian dari batuan vulkanik laut.
Secara umum, batuan yang terbentuk di lingkungan laut diklasifikasikan berdasarkan komposisi dan asal pembentukannya:
Memahami batuan marine sangat vital dalam geologi minyak dan gas. Banyak reservoir hidrokarbon komersial terbesar dunia terperangkap dalam batuan sedimen yang terbentuk di lingkungan laut purba (misalnya, batu gamping terumbu atau batupasir deltaik). Selain itu, fosil yang terawetkan dalam batuan laut memberikan jendela penting menuju evolusi kehidupan di planet kita. Ketika kerak samudra bergerak dan bertabrakan dengan kerak benua, batuan laut ini seringkali terangkat dan terlipat, membentuk sabuk orogenik yang terlihat di pegunungan modern. Penelitian batuan ini membantu para ilmuwan merekonstruksi kondisi lingkungan purba, termasuk tingkat oksigen, salinitas laut, dan sebaran benua di masa lampau.
Studi terhadap proses di dasar laut terus berlanjut, mengungkap bagaimana interaksi antara air, sedimen, dan kerak bumi membentuk komposisi kimia lautan dan mempengaruhi siklus biogeokimia global. Oleh karena itu, batuan marine tidak hanya merupakan artefak geologis, tetapi juga arsip vital dari dinamika sistem Bumi.