Ilustrasi: Tahapan membentuk batu akik
Dunia batu akik tidak hanya tentang keindahan warna dan corak alami yang tersembunyi di dalam bongkahan mineral. Di balik kilau yang memukau, terdapat sebuah proses krusial yang menentukan nasib sebuah batu: cutting batu akik. Proses ini adalah seni sekaligus ilmu pengetahuan, mengubah material kasar yang tidak berbentuk menjadi mahakarya yang siap dipasang pada perhiasan atau dikoleksi.
Batu akik mentah (rough) seringkali terlihat biasa saja. Namun, seorang pakar cutting tahu potensi yang tersimpan di dalamnya. Cutting bukan sekadar memotong; ini adalah proses penentuan bentuk (shaping), pengasahan (grinding), dan pemolesan (polishing) untuk memaksimalkan penampilan visual batu tersebut. Tujuan utamanya adalah menonjolkan karakteristik terbaik batu, seperti transparansi, inklusi menarik (jika ada), atau intensitas warnanya.
Keputusan awal yang diambil oleh cutter sangat menentukan. Apakah batu ini akan dipotong dengan gaya cabochon (permukaan cembung tanpa faset) yang cocok untuk batu buram seperti Badar Besi atau Giok, ataukah akan dipotong faceted (bersegi-banyak) untuk memaksimalkan pantulan cahaya pada batu yang tembus pandang seperti Amethyst atau Citrine? Kesalahan dalam menentukan orientasi potong dapat menghilangkan potensi nilai batu hingga puluhan persen.
Proses cutting batu akik modern sangat bergantung pada teknologi dan ketelitian tinggi. Meskipun alat tradisional masih digunakan untuk sentuhan akhir, mesin modern memegang peranan dominan. Tahapan umumnya meliputi empat fase utama:
Ketelitian dalam setiap langkah sangat vital. Sedikit saja goresan yang tidak sempurna pada tahap grinding akan terlihat jelas dan merusak kilau pada tahap polishing. Oleh karena itu, para ahli cutting batu akik harus memiliki kesabaran luar biasa dan mata yang terlatih.
Indonesia dikenal dengan keragaman batu akiknya, mulai dari pirus, solar, hingga akik nusantara lainnya. Setiap jenis batu memiliki karakteristik kekerasan (Mohs scale) dan ketangguhan yang berbeda, yang mempengaruhi pemilihan mata gerinda dan kecepatan putaran mesin. Misalnya, meng-cutting batu yang keras seperti Safir memerlukan mesin yang lebih kuat dibandingkan mengolah batu yang relatif lebih lunak seperti Opal atau Chalcedony.
Tantangan lain adalah menjaga "stabilitas" warna. Beberapa batu akik, jika terlalu panas saat proses cutting karena gesekan yang berlebihan, dapat mengalami perubahan warna permanen atau bahkan retak. Penggunaan cairan pendingin yang memadai adalah prosedur standar untuk mengelola suhu selama proses intensif cutting batu akik ini berlangsung.
Sebuah bongkahan batu akik dengan potensi warna luar biasa, jika dipotong secara amatir, nilainya bisa jauh lebih rendah daripada batu yang dipotong oleh profesional. Cutting yang unggul tidak hanya menghasilkan bentuk yang indah, tetapi juga memaksimalkan kejernihan dan permainan cahayanya, secara langsung meningkatkan nilai jual batu tersebut di pasar perhiasan dan kolektor. Seni cutting batu akik adalah jembatan antara geologi mentah dan seni terapan yang bernilai tinggi.