Di hamparan semesta yang luas terbentang,
Terukir karya agung tanpa terperi.
Dari bintang gemintang hingga embun pagi,
Menyanyikan pujian pada Yang Maha Tinggi.
Mentari terbit, menyinari ufuk timur,
Menghalau gelap, membawa terang yang jujur.
Bulan bersinar, temani malam yang kelam,
Semua ciptaan-Mu, tak terperikan alam.
Ya Allah, Engkau Penguasa segala asa,
Tiada sekutu bagi-Mu, tiada tara.
Hati ini bersujud, penuh rasa syukur,
Pada kebesaran-Mu, abadi dan makmur.
Dalam hening malam, jiwa berbisik lirih,
Menghadap kiblat, memohon pada Yang Kasih.
Setiap doa terucap, mengalir tulus,
Mengharapkan rahmat, memohon taat yang lurus.
Beban dunia terasa begitu berat,
Namun dalam sujud, hati menjadi kuat.
Engkaulah sandaran, pelipur lara,
Dalam dekapan-Mu, damai semesta.
Ampuni dosa kami, tutupi aib yang ada,
Bimbing langkah kami, jauhkan dari celaka.
Jadikan kami hamba yang senantiasa bertakwa,
Menuju surga-Mu, kebahagiaan abadi ada.
Nurani bersinar, kala ayat dibaca,
Mengalir hikmah, menerangi relung jiwa.
Iman tertanam kuat, laksana pohon kokoh,
Tak goyah diterpa badai, tak runtuh terjamah.
Perbuatan baik, jadi bekal di perjalanan,
Kasih kepada sesama, wujud ketulusan.
Menyebarkan kedamaian, menebar kebaikan,
Menjadi cermin agama, penuh kebajikan.
Teruslah berjuang, tuntun langkah ini,
Agar hidup bermakna, dunia dan akhirat nanti.
Ya Rabb, pimpin kami, di jalan-Mu yang terang,
Hingga akhir hayat, husnul khatimah terpandang.
Puisi religi adalah sebuah jendela hati yang terbuka lebar untuk mengungkapkan segala rasa, harapan, dan kekaguman terhadap Sang Pencipta. Tiga bait puisi di atas mencoba merangkai kata untuk merefleksikan keagungan Tuhan, ketenangan dalam ibadah, serta kekuatan cahaya iman yang menerangi kehidupan.
Bait pertama berfokus pada kebesaran ciptaan Tuhan. Alam semesta dengan segala isinya, mulai dari bintang di angkasa hingga tetesan embun di pagi hari, semuanya adalah bukti nyata dari kuasa dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta. Penggambaran matahari dan bulan juga melambangkan keteraturan ilahi dalam siklus kehidupan.
Bait kedua mengajak kita untuk merenungi arti ketenangan dan kedamaian yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan vertikal dengan Tuhan. Saat beban dunia terasa berat, sujud dan doa menjadi jangkar spiritual yang memberikan kekuatan dan pengharapan. Ini adalah momen personal untuk memohon ampunan, bimbingan, dan keridhaan-Nya.
Bait ketiga menyoroti peran iman dalam kehidupan sehari-hari. Cahaya iman, yang diperkuat dengan mempelajari firman-Nya dan mengamalkannya, menjadi penuntun dalam setiap langkah. Perbuatan baik, kasih sayang, dan penyebaran kedamaian adalah manifestasi dari iman yang hidup. Akhir dari bait ini adalah harapan untuk hidup yang bermakna dan berujung pada kebaikan di dunia maupun akhirat.
Puisi religi bukan sekadar untaian kata indah, melainkan sebuah sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan, mempertebal keyakinan, dan memperkaya batin. Melalui puisi, kita dapat menemukan inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, penuh syukur, dan senantiasa dalam lindungan-Nya.
Memaknai setiap kata dalam puisi religi dapat membuka pemahaman baru tentang hakikat kehidupan dan tujuan eksistensi kita sebagai hamba Tuhan. Semoga puisi-puisi ini dapat memberikan pencerahan dan menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan Sang Pencipta dan sesama.